JAKARTA - Semua kemungkinan bisa saja terjadi menjelang Pilpres 2024 dimana tingkat kesabaran Ganjar Pranowo berada pada titik paling rendah dengan melepaskan diri dari partai yang membesarkan dirinya. Mengapa, karena realitas di lapangan berkata lain, bahwa dengan semakin kritis dan dewasa pemilih dalam berpolitik akan terjadi kejutan luar biasa bahwa kemenangan pertarungan politik menuju RI 1 dan 2 tidak lagi sepenuhnya ditentukan oleh mesin partai dan parpol tetapi rakyat sendiri adalah penentunya.
Ada beberapa alasan, bahwa pemimpin ketika terpilih lupa akan janjinya kepada rakyat dan mulai membangun oligarkhi kekuasan dalam ekonomi demi meraup keuntungan diri sang penguasa dan kroni serta tim sukses sehingga rakyat di tinggalkan, korupsi terus meraja lela, pelayanan dan kualitas proyek dengan biaya negara selalu saja dimark up oleh orang-orang di sekitar kekuasaan.
Realita ini akhirnya memberikan pelajaran berharga bagi rakyat untuk mulai bergeser yang dulunya kepercayaan kepada calon pemimpin yang diusung Parpol sekarang kredibilitas terbangun dari kerja keras sang calon pemimpin tersebut dan kedekatannya dengan rakyat.
Contoh saja, Presiden Joko Widodo sejak Walikota Solo, Gubernur DKI sangat dekat dengan rakyat. Gubernur Jawa Tengah kedekatannya dengan rakyat sangat terlihat kesungguhannya bukan suatu pencitraan yang sering diserang lawan maupun sesama kader PDIP tetapi mata hati rakyat melihatnya lain terhadap diri Gubernur Jawa Tengah ini.
Hal ini terbukti hampir sebagian besar lembaga survey menempatkan beliau diurutan teratas sampai Partai Nasdem dalam munasnya secara terang - terangan mengatakan mengusung Ganjar Pranowo.
Tetapi aneh malah induk semangnya Partai Banteng Moncong Putih ini belum mau berterus terang mengatakan mendukung Ganjar dengan alasan partai yang dinahkodai Megawati Soekarnoputri ini masih sibuk mengurusi masyarakat demikian penjelasan Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristianto. Hasto Kristiyanto angkat suara ihwal pernyataan sejumlah pakar ilmu politik ihwal kemungkinan Ganjar Pranowo meninggalkan PDIP demi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Baca juga:
Tony Rosyid: Anies Memang Beda
|
Hasto tak menjawab tegas soal kemungkinan tersebut. Menurut dia, hal itu bisa ditanyakan langsung kepada pihak yang mengungkapkan hal itu. Menurut dia, PDIP sampai saat ini masih fokus terjun ke bawah dengan masyarakat.
"Tanya ke yang berpendapat itu ya. Kita ngurus kerja di bawah saja. Itu watak PDI Perjuangan, " katanya.
Baca juga:
Tony Rosyid: Presiden Harus Lugas!
|
Kerja fokus kepada masyarakat ada benarnya juga karena PDIP identik dengan partai "wong cilik" tetapi jangan kegedean rasa (ras percaya diri berlebihan) sehingga menganggap persoalan usung mengusung calon presiden dan wakil presiden adalah bukan hal krusial.
Harusnya menjadi pukulan telak ketika Partai Nasdem secara terbuka mendahului mengakui kader PDIP ini sangat layak dicapreskan tetapi anehnya PDIP tidak merasa sesuatu yang luar biasa malah biasa biasa saja dan apalagi dengan pernyataan tegas dari mbak Mega "soal pencapresan adalah hak prerogatif Ketua Umum PDIP". Apakah ini adalah suatu hantaman politik bagi Partai Nasdem bahwa tidak tahu diri ambil kader kami (PDIP) tanpa kulo nuwun(minta ijin) kepada Ketua Umum PDIP atau ada signal bahwa Ganjar Pranowo harus tahu diri bahwa anda ini dibesarkan PDIP jangan jalan dan kerja sendiri tetapi tunggu perintah Ketua Umum Partai. Atau lebih serius lagi justru PDIP tidak mengusung Ganjar Pranowo tetapi menjagokan figur lain yang berdamping dengan Mbak Puan Maharani.
Dalam hati Ganjar Pranowo ojo suwe - suwe ( jangan kelamaan), sayapun bisa pergi mencari hati yang lain (partai lain) yng siap menerima yakni Partai Nasdem walaupun belum memenuhi syarat pencapresan tetapi namanya politik perubahan peta politik hitungan detik bahkan menit.
Ada beberapa pertimbangan dalam benak Ganjar Pranowo bisa saja ditebak yaitu kesempatan emas bagi Ganjar Pranowo adalah 2024 mengingat usianya berjalan terus. Apakah lima atau sepuluh tahun ke depan nama Ganjar sedahsyat seperti sekarang serta sejatinya Presiden Joko Widodo lebih sreg ( setuju) kepada Gubernur Jawa Tengah ini ketimbang yang lain hanya masih sungkan saja dibawah bayang bayang Ketua Umum PDIP.
Atas realita politik yang demikian ini, mengapa tidak sangat boleh jadi Gubernur Jawa Tengah ini akan hengkang dari PDIP karena perhitungan matematika politik yang menjadikan Ganjar Pranowo menuju RI I 2024 penentunya bukan satu - satunya Partai politik tetapi realita suara akar rumput yang begitu luar biasa untuk Gubernur Jawa Tengah ini. Semoga!
Oleh: Marianus Gaharpung pengamat hukum & dosen FH Ubaya domisili di Surabaya