PENDIDIKAN - Bayangkan, Anda duduk di depan layar komputer, jari-jari siap menari di atas keyboard, tetapi ide cemerlang yang dinanti seakan enggan muncul. Di sinilah kecerdasan buatan (AI) melangkah masuk, seperti seorang sahabat yang datang membawa peta ide! Pertama, Anda bisa bertanya pada Open Knowledge Maps, yang membantu memetakan ide-ide awal, seperti petunjuk jalan yang menunjukkan konsep-konsep terkait dari berbagai penelitian. Jika hasilnya masih kurang memuaskan, cobalah Connected Papers—layaknya seorang detektif, ia akan menelusuri jaringan riset serupa untuk memberi inspirasi baru.
Merasa ide Anda masih terlalu sempit? Answer The Public siap menampilkan topik-topik tren yang sering dicari. Dengan perspektif lebih luas ini, Anda bisa mempersempit lagi gagasan menggunakan Litmaps, yang menawarkan peta visual untuk melacak perkembangan riset terkait secara real-time. Atau, coba kombinasi Litmaps dengan Consensus atau Elicit, yang mengurai isu dengan lebih mendalam.
Setelah ide Anda terbentuk, tiba waktunya menggali literatur terdahulu. Publish or Perish bisa jadi opsi pertama, karena ia menyusun rujukan akademik yang lengkap. Bila ingin lebih ringkas, Anda bisa merujuk ke Paperdigest yang secara khusus mengemas esensi setiap penelitian agar mudah dipahami. Namun, kalau masih butuh lebih banyak informasi, AI pintar seperti Perplexity siap merespons.
Sederetan penelitian pun terkumpul, tetapi mungkin Anda mulai kewalahan mengingat satu per satu. Jangan khawatir! VOSViewer bisa memvisualisasikan bibliografi Anda menjadi peta hubungan yang memudahkan memahami pola antar literatur. Dan, kalau Anda butuh akses cepat ke paper yang terbatas aksesnya, Sci-Hub BOT hadir dengan “sihirnya”—memungkinkan Anda mendapatkan dokumen yang dicari.
Baca juga:
Ozkan, sahabat dari Istanbul
|
Sampai di tahap ini, bisa jadi Anda tergoda untuk langsung membaca seluruh paper yang didapat. Tetapi waktu terasa tidak cukup! Gunakan saja ChatPDF atau Scispace yang akan merangkum poin-poin utama dari setiap dokumen sehingga Anda bisa langsung menyerap intisarinya. Lalu, saat mulai menulis, Anda bisa bergantung pada Zotero atau Mendeley untuk mengelola daftar pustaka agar rapi dan sesuai dengan standar penulisan.
Karya ilmiah Anda hampir selesai, tetapi, layaknya koki yang mencicipi masakan sebelum disajikan, kita ingin pastikan tata bahasa sempurna. ChatGPT atau QuillBot bisa menjadi editor yang cermat. Ingin paragraf di parafrase agar terdengar lebih variatif? Smodin siap menyulapnya. Setelah yakin dengan alur dan bahasa, kini saatnya “bumbu akhir”—alih bahasa untuk publikasi internasional! Google Translate bisa jadi langkah awal, lalu sempurnakan dengan Grammarly agar bahasa Inggrisnya tajam dan profesional.
Kini, karya ilmiah Anda pun siap berlayar di ranah akademik, lengkap dengan bumbu AI yang menambah cita rasa. Dengan beragam aplikasi ini, AI benar-benar menjadi asisten tak ternilai dalam perjalanan ilmiah kita—dari secercah ide, hingga publikasi yang siap menginspirasi.
Jakarta, 31 Oktober 2024
Hidayat Kampai